ITATS Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Berita Terkait

ITATS Perkuat Jejaring Internasional lewat Partisipasi Strategis di International Industry–Education Forum & 2026 INTENSE Program Edu Fair Taiwan
Dibesarkan dalam Kesederhanaan, Lulus dengan Ketangguhan : Perjalanan Seorang Lulusan Teknik Elektro ITATS
Tim Semut ITATS Raih 5 Besar Nasional di Ajang PLN ICE 2025 dengan Motor Drag EV Semut Arka
Tim Semut ITATS Sukses Comeback di Kontes Mobil Hemat Energi 2025 dengan Mobil Semut Geni Evo 1
Percepat Akses Digital, ITATS Naikkan Kapasitas Internet Jadi 1.000 Mbps

Dibesarkan dalam Kesederhanaan, Lulus dengan Ketangguhan : Perjalanan Seorang Lulusan Teknik Elektro ITATS

Lahir di Pasuruan pada 16 Maret 2000, Elfira Dyah Ekawati alumni mahasiswi Program Studi Teknik Elektro angkatan 2020 di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), tumbuh besar di Surabaya sejak usianya baru menginjak tiga bulan. Sejak saat itu hingga kini, ia menetap bersama orang tua dan adiknya. Perjalanan hidupnya tidak selalu mudah, namun justru menjadi sumber motivasi kuat untuk terus melangkah maju melalui pendidikan. Ia berasal dari keluarga sederhana dengan kondisi ekonomi yang tergolong cukup. Kedua orang tuanya memiliki latar belakang pendidikan yang terbatas. Sang ayah merupakan lulusan SMA, sementara ibunya hanya menempuh pendidikan hingga sekolah dasar. Namun keterbatasan itu justru menjadi kekuatan moral bagi Elfira. Ayahnya selalu berpesan agar anak-anaknya bisa menempuh pendidikan yang jauh lebih tinggi dibanding dirinya. Pesan itulah yang terus ia pegang sebagai kompas hidup.

Ketertarikan Elfira terhadap dunia teknik sudah tumbuh sejak masa SMP. Ia mengaku menyukai pelajaran yang berbau logika dan matematika. Dari situlah tekadnya bulat memilih jalur keteknikan. “Dalam hati saya selalu berkata: teknik harga mati,” ujarnya.

ITATS kemudian menjadi pilihan utama. Menurutnya, kampus tersebut dikenal sebagai perguruan tinggi swasta yang kuat di bidang teknik. Reputasi itulah yang menguatkan keputusannya untuk mengambil Program Studi Teknik Elektro. Bagi Elfira, kuliah bukan sekadar mengejar gelar, tetapi sebagai jalan untuk mengubah kondisi keluarga menjadi lebih baik.

Tantangan Perkuliahan: Skripsi yang Menguras Emosi

Selama menjalani perkuliahan, ujian mental paling berat menurut Elfira, justru datang di semester akhir saat mengerjakan skripsi. Ia mengaku sempat mengalami keterlambatan kelulusan hingga satu tahun karena penelitian yang tak kunjung konvergen. “Kalau diingat sekarang malah jadi bahan tertawa,” ujarnya. Berkat bimbingan para dosen pembimbing serta dukungan teknologi, ia akhirnya mampu menyelesaikan skripsinya dengan baik. Meski tidak lulus tepat waktu empat tahun, Elfira meyakini bahwa setiap proses memiliki waktunya sendiri. “Semesta selalu punya caranya sendiri untuk menyelesaikan sesuatu di waktu yang baik.”

Prestasi, Pengalaman Laboratorium, dan Proses Mengatasi Rasa Gugup

Dalam perjalanan akademiknya, Elfira tidak menekankan pencapaian prestasi sebagai tujuan utama. Meski begitu, ia pernah meraih penghargaan sebagai Presenter Terbaik dalam Seminar KOMIK tahun 2022. Baginya, penghargaan itu merupakan bukti bahwa keberanian untuk mencoba selalu menghadirkan hasil.

Selain itu, pengalaman paling berkesan justru ia peroleh saat menjadi Asisten Laboratorium selama periode 2021–2024. Di sanalah ia merasa benar-benar ditempa secara akademik dan mental. Salah satu momen yang paling ia ingat adalah ketika harus menjelaskan rangkaian listrik di hadapan praktikan. “Saya orangnya sangat gugup kalau jadi pusat perhatian. Tapi waktu itu saya bisa mengatur praktikum dan menjelaskan dengan baik. Di situ saya sadar, kalau berusaha lebih, hasilnya tidak mengecewakan,” kenangnya.

Sosok-Sosok yang Paling Berpengaruh dalam Perjalanannya

Dalam perjalanan pendidikannya, Elfira menegaskan bahwa peran orang tua adalah yang paling utama. Dukungan moral dan materi yang ia terima menjadi fondasi terkuat dalam setiap langkahnya. Selain itu, para dosen pembimbing disebutnya sebagai sosok yang sangat berpengaruh dalam membentuk cara berpikir dan menyelesaikan permasalahan, khususnya dalam penelitian.

Tak kalah penting adalah peran teman-teman satu angkatan. Mereka saling menopang dalam memahami materi, menyelesaikan tugas, hingga melewati masa-masa sulit menjelang kelulusan. “Kami saling membantu dan saling menguatkan,” ujarnya.

Target Karier: Bertumbuh, Belajar, dan Menjadi Pribadi yang Bisa Diandalkan

Sebagai seorang fresh graduate, Elfira menaruh target realistis untuk jangka pendek. Ia ingin segera memasuki dunia kerja dan membangun pengalaman profesional pertamanya. Fokus utamanya adalah belajar sebanyak mungkin, memahami alur kerja, menguatkan keterampilan teknis, serta beradaptasi dengan budaya kerja.

Untuk jangka panjang, ia berharap dapat berkembang di bidang yang ia tekuni dan menjadi individu yang bisa diandalkan dalam tim. Ia juga bertekad untuk terus meningkatkan kapasitas diri melalui pelatihan maupun sertifikasi agar tidak berhenti berkembang. “Saya ingin karier yang tidak hanya memberi pengalaman, tetapi juga ruang untuk bertumbuh dan menikmati proses,” ujarnya.

Pesan untuk rekan Mahasiswa: Terus Bergerak, Meski Perlahan

Menutup ceritanya, Elfira menyampaikan pesan sederhana namun kuat bagi para mahasiswa dan generasi muda. Menurutnya, tantangan pasti akan datang dalam berbagai bentuk mulai dari masalah finansial, penelitian yang tak kunjung selesai, hingga rasa malas yang tiba-tiba muncul. Semua itu, katanya, adalah hal yang sangat manusiawi.

Ia berpesan agar siapa pun tidak berhenti bermimpi. “Tidak harus langsung hebat. Yang penting tetap bergerak, meski hanya satu langkah kecil,” katanya. Ia percaya bahwa setiap proses yang dijalani hari ini akan menjadi cerita yang dibanggakan di masa depan. Kalau mulai lelah, seporsi mi instan juga boleh jadi pelarian singkat. Namun satu hal yang pasti, menurutnya, mimpi tidak untuk ditakuti melainkan untuk terus dikejar”. Ujarnya

Elfira Dyah Ekawati juga mencatatkan prestasi akademik yang membanggakan. Ia tercatat sebagai salah satu wisudawati terbaik Program Studi Teknik Elektro di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,80. Capaian ini menjadi bukti konsistensi, ketekunan, dan komitmennya dalam menjalani proses pendidikan di tengah berbagai tantangan yang dihadapi.