Kegiatan pengeboran dan produksi minyak serta gas bumi pada kawasan offshore, merupakan kegiatan rawan tumpahan minyak dengan resiko sangat tinggi. Tumpahan minyak dapat terjadi pada rig pengeboran, anjungan produksi, anjungan sumur, kapal tanker minyak, maupun pipa penyalur produksi bawah laut. Dampak tumpahan minyak mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan, seperti terganggunya ekosistem terumbu karang, mangrove, dan padang lamun, sehingga hasil tangkapan ikan laut dan produksi rumput laut pun menjadi menurun. Uraian tersebut disampaikan Didit Widhie Nugroho, peserta Program S2, Magister Teknik Lingkungan (MTL), dalam Sidang Tesis di hadapan tim penguji yang dipimpin Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem Dipl.SE, M.Sc.
Kejadian tumpahan minyak di laut menjadi tantangan berat dan tidak mudah ditanggulangi. Hal ini dikarenakan, sifat minyak yang cepat menyebar dan bergerak saat berada di permukaan air laut, terlebih dengan kecepatan angin dan arus laut tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan metode untuk memprediksi arah penyebaran tumpahan minyak, lintasan tumpahan minyak, dan daerah tercemar tumpahan minyak. Didit Widhie Nugroho yang dipilih teman-temannya sebagai ketua kelas selama studi di MTL, melanjutkan paparannya tentang alasan pemilihan tema penelitian tesis yang diselesaikannya.
Dalam penelitian yang dilakukan pada sebuah Perusahaan Gas di Gresik ini, digunakan software Model Tumpahan Minyak atau MoTuM. Melalui MoTuM, disimulasikan model hidrodinamika dari sebuah kasus tumpahan minyak. Hasil simulasi menunjukkan bahwa, dengan rata-rata elevasi pasang surut air laut antara 0,9 – 1,2 meter dan kecepatan arus antara 0,14 – 0,16 meter/ detik, pada dominasi musin angin Barat, di hari ke-2, tumpahan minyak telah mencapai pantai. Konsenterasi minyak mencapai lebih dari 0.106 mm, dengan total minyak terperangkap di pantai 3250 barel, atau terevaporasi sebesar 750 barel. Dibutuhkan waktu delapan jam untuk melokalisir tumpahan minyak di sekitar lokasi penelitian. Dalam hasil simulasi juga disampaikan bahwa, Tim Respon I siap melokalisir dan menghisap tumpahan minyak di laut pada kurun waktu enam jam. Sementara Tim Respon II dan III akan melakukan perlindungan dan melokalisir tumpahan minyak di tepi pantai pada rentang waktu satu sampai empat hari, khususnya untuk melindungi area sensitive, yaitu kawasan Mangrove.
Dengan penguasaan sangat baik, akhirnya karya tesis Didid Widhie Nugroho inipun diberikan nilai A oleh tim penguji. Selain itu, melalui tesis ini juga ditunjukkan kepedulian besar pada kelestarian kawasan Mangrove, khususnya di Gresik. Tesis merupakan persyaratan wajib sebelum alumnus MTL dapat menyandang gelar MT atau Magister Teknik. Tesis pada Program Magister Teknik Lingkungan senantiasa melahirkan temuan-temuan inovatif bagi upaya pelestarian lingkungan. Lebih lanjut, Didid Widhie Nugroho mengajak para profesional dan pemerhati lingkungan untuk bergabung menempuh studi S2 di Program Magister Teknik Lingkungan. Selain meningkatkan kompetensi, melalui studi lanjut di MTL, juga akan diperoleh banyak manfaat, diantaranya memperluas jejaring dan kesempatan berbagi ilmu. Program Magister Teknik Lingkungan akan mengawali proses belajar mengajar Semester Genap 2017-2018 di akhir Pebruari 2018. Jadi, bergegaslah bergabung dan bersiaplah meraih kesuksesan delapan belas bulan ke depan, yaitu pada saat dikukuhkan menyandang gelar MT (Red, Didid).