ITATS Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Berita Terkait

Mahasiswa Teknik Pertambangan ITATS Raih Best Presenter dan Top Five
Kuliah Tamu Prodi Teknik Pertambangan ITATS : Prospek Masa Depan Pertambangan Nasional di Era Transisi energi
Lima Mahasiswa Teknik Sipil ITATS Berangkat Ke Taiwan untuk Menyelesaikan Program Double Degree dan Magang Industri
Mahasiswa Sistem Informasi ITATS Raih Juara 1 dalam Perlombaan Software Development di PEKAN IT 2024
Mahasiswa Teknik Sipil ITATS Kembali Raih Juara di Tingkat Internasional

Mahasiswa Teknik Lingkungan Belajar Prediksi Kejadian Hujan Melalui Pengamatan Bentuk Awan

Keberadaan awan di langit sangatlah memukau, meski terkadang awan juga mampu menciptakan suasana senduh. Terdapat tiga bentuk dasar awan, yaitu Cirrus (serat atau rambut), Cumulus (tumpukan), dan Stratus (lembaran atau lapisan). Awan Cirrus berupa kristal es yang tergores angin, sehingga bentuknya mengkilap dan dijumpai pada siang hari. Awan Cumulus bergerak vertikal, berbentuk kubah atau menyerupai bunga kol dengan banyak lengkungan bulat. Awan ini muncul pada pagi hari dan menghilang sebelum malam datang. Awan Stratus terlihat berlapis-lapis seperti kabut tipis dan menjadi penanda cuaca cerah, meskipun berpotensi gerimis.


Sementara itu, jenis awan juga dibedakan berdasarkan ketinggiannya, yaitu awan rendah, awan sedang, dan awan tinggi. Awan rendah dijumpai pada ketinggian kurang dari dua kilometer, meliputi awan Nimbus atau Nimbostratus, Stratus, dan Stratocumulus. Awan Nimbus atau Nimbostratus menandakan akan turun hujan dalam jangka waktu lama. Awan sedang berada pada ketinggian antara dua sampai enam kilo meter, terdiri dari awan Altocumulus dan Altostratus. Awan Altocumulus menyebabkan hujan ringan dengan frekuensi sangat jarang. Selanjutnya awan tinggi dengan ketinggian enam sampai 12 kilometer, meliputi awan Cirrostratus, Cirrocumulus, dan Cirrus.


Terdapat juga istilah awan vertikal, yaitu awan yang bergerak vertikal dan keberadaannya terus berkembang. Awan jenis ini bisa berada di ketinggian rendah, sedang, atau tinggi. Awan vertikal terdiri dari awan Cumulus dan Cumulonimbus. Awan Cumulonimbus adalah perkembangan dari awan Cumulus, sehingga bentuknya besar, tinggi, dan mengandung listrik. Butiran air yang sangat banyak dalam awan Cumulonimbus menyebabkan awan ini dapat menimbulkan badai dan hujan lebat dengan disertai petir.


Mahasiswa Teknik Lingkungan telah mendapatkan penjelasan rinci tentang fenomena awan saat melakukan kunjungan ke BMKG Juanda. Kunjungan dilakukan sebagai bagian dari pengkayaan materi mata kuliah Hidrologi. Selain belajar tentang fenomena awan, mahasiswa berkesempatan mempelajari metode pengukuran dan prediksi hujan yang dilakukan BMKG. Dalam kunjungan kali ini, mahasiswa disertai Ibu Dr. Yulfiah, ST, MSi, selaku dosen pengampu mata kuliah. Kegiatan yang dilakukan mendapatkan apresiasi baik dari Bapak Achmad Chusnun Ni’am, S.Si, MT, PhD, Kepala Program Studi (Kaprodi) Teknik Lingkungan. Menurut Pak Ni’am, Kaprodi yang selalu nampak santun ini, mahasiswa tidak cukup hanya belajar teori di kelas, mahasiswa perlu memahami bagaimana suatu keilmuan dapat diimplementasikan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dalam akhir pembicaraan, Pak Ni’am mengajak rekan-rekan alumni SMA, SMK, MA untuk bergabung studi di Teknik Lingkungan. ITATS telah menyediakan banyak kemudahan dalam memfasilitasi mahasiswa untuk menimbah ilmu demi mewujudkan cita-cita dan impiannya. Termasuk memfasilitasi Mahasiswa Teknik Lingkungan yang selalu semangat dan antusias belajar, mengasah diri agar siap berkontribusi menebarkan manfaat bagi keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negaranya. Selamat datang di kampus ITATS, selamat bergabung di Program Studi Teknik Lingkungan! (red. ULF)